Trilogi Nusa Putra adalah Cinta kepada Tuhan, Cinta kepada Orang Tua, dan Cinta
kepada Sesama Manusia. Setiap generasi tentu memiliki penafsiran berbeda
mengenai cara dan memaknai kata ketiga cinta tersebut. Generasi millenials,
misalnya, adalah adalah generasi terbuka. Generasi millenials atau lazim disebut
gen Y, tentunya memiliki penafsiran berbeda dengan generasi sebelumnya atau gen
X dalam hal memaknai Cinta kepada Tuhan, Cinta kepada Orang Tua, dan Cinta
kepada Sesama Manusia. “Contoh perbedaan paling sederhana antara gen Y dan X
adalah dalam hal memaknai Cinta kepada Tuhan. Bagi gen X, mencintai Tuhan, pada
masanya, identik dengan ibadah ritual seperti shalat dan membaca ayat-ayat suci
AlQuran,” jelas Rektor Universitas Nusa Putra Dr. Ir. H. Kurniawan, M.Si., MM.,
Senin (13/8/2018). Dengan demikian, pola dalam mendidik generasi millenials
tentu berbeda dengan cara orang tua mendidik gen X dulu. “Walaupun syarat dan
tata cara beribdahnya tetap sama, tetapi jika dulu gen X hanya diajarkan tata
cara ibdah ritual ansich, sedangkan sekarang kita bisa melihat dari Youtube
bagaimana pemeluk Kristen Ortodok Syiria melakukan ibadah ritual mirip gerakan
shalat umat Islam. Selain itu, jika gen X ini banyak memahami sejarah dan
kemungkinan akan kemunculan isu SARA seperti saat ini yang mengakibatkan
perpecahan. “Untuk itu yang harus kita lakukan adalah, pertama, dengan cara
melaksanakan ibadah ritual sebagai bagian dari mencintai Tuhan itu sendiri.
Contoh pola didik terhadap generasi X di atas adalah ibadah ritual yang
dilakukan tanpa didasari Cinta kepada Tuhan, tetapi karena perasaan takut dosa
dan masuk neraka,” jelasnya. Kemudian kedua, bagaimana menjalin hubungn antara
orang tua dengan anak dalam era millenial. Bagaimana mencintai orang tua sebagai
bagain dari menjalankan perintah agama dan tradisi, di saat gen Y dihadapkan
dengan kemajuan teknologi dan serbuan informasi yang masuk dari pelbagai
penjuru. “Contoh paling mutakhir adalah kasus Bowo yang populer karena aplikasi
TikTok yang menuai bully-an dari banyak orang. Tindakan persekusi ini muncul
karena adanya pola pendekatan berbeda, sementara tradisi sudah banyak berubah.
Padahal, dengan pola pendekatan berbeda, cara mencintai sesama manusia juga akan
berubah. Bagaimana cara membangun simpati dan empati kepada sesama manusia,
bagaimana kita diituntut mampu menilai perbedaaan antara kesengajaan dengan
spontanitas,” papar Kurniawan. Sedangkan ketiga, berkat cinta kasih sesama
dengan, saat generasi millenials membuka Youtube menyaksikan tradisi-tradisi
masyarakat di belahan negara lain, sehingga akan menimbulkan gesekan-gesekan
budaya. “Dengan demikian, di situlah peranan Trilogi Nusa Putra yakni, Cinta
Kasih Ilahiyah, Orang Tua, dan Sesama itu harus dijaga. Agar generasi millenials
tidak gagap, tidak kagetan, dan bijak menyikapi perubahan dan perbedaan karena
hidup dilandasi kasih sayang.
perkenalkan nama saya Siti Olis, saya dari mahasiswa semester 6 Universitas Nusa Putra jurusan Teknik Informatika, Blog ini berisi implementasi saya dalam menjalankan Trilogi Nusa Putra dalam kehidupan sehari-hari. selamat membaca.., untuk mengetahui nilai- nilai luhur Nusa Putra klik tautan berikut : https://nusaputra.ac.id/tentang/nilai-nilai-luhur/
Comments
Post a Comment